Silahkan, sugeng rawuh.....monggo lesehan sembari meresapi rangkaian aksara jemariku. Semoga memberikan sesuatu yang bermanfaat ^_^ \/

Sabtu, 28 April 2012

Dua Jam Bersama Koko Nata


Oleh : Andar Chan Murasaki

            Minggu pagi yang alhamdulillaah cerah, sesuai agenda di hari kedua belas bulan februari ini ada temu pekanan Forum Penulis. Diinformasikan pematerinya adalah penulis nasional, yang lebih menyulut semangat adalah ‘embel-embel’ doorprize langsung dari penulis, apalagi kalau bukan buku yang mana i want it so much, hehe..
            Bagaimana nggak kepincut untuk hadir –disamping jadi ‘kewajiban’ untuk hadir- coba? Sudah pematerinya penulis nasional, dapat doorprize buku -meski buatku ‘edisi ngarep banget’-, ketemu dan share bareng anggota Forum Penulis yang notabene anak kuliahan dan pastinya full semangat.
            Meski datang telat karena kurang tepat memanage waktu, dimana sebagai ibu rumah tangga aku harus menyelesaikan dulu ‘pe er- pe er’ sebelum berangkat menuju Arboretum Unpadj. Alhamdulillaah.. satu jam dari jadwal acara –bukan contoh disiplin yang baik yaa..- aku sampai juga di tujuan, bersama sosok malaikat kecil yang turut mengiringi langkah-langkahku. Di ujung tangga menuju lokasi yang biasa, aku bertemu salah seorang pengurus..
            “Baru datang juga, nih...” sapaku pada mbak Imay.
            “Iya, Teh...” kami pun bersalaman hingga akhirnya aku jalan duluan karena beliau masih akan menunggu seorang temannya. Sesampai di tempat biasa kuedarkan pandang menyusuri tepian danau, tak nampak olehku anggota lain. Ahay.. ternyata mereka tersembunyi dari pandangku oleh perdu yang menghiasi tepi jalan setapak di samping danau.
            “Itu dia di sana teteh-tetehnya, yuk kesana...” setengah berlari dengan malaikat kecil yang memeluk punggungku, aku menuju kesekumpulan mahasiswi. Ya, karena malaikat kecil itu mengatakan ‘Riyadh mau ikut sekolah Umi yang sama teteh-teteh, sama Om, yang ada kolamnya...’ Duh.. tambah semangat saja aku datang ke pekanan itu.
            Karena keterlambatanku, aku kurang tahu apa yang sudah disampaikan oleh Kang Koko Nata. Tapi ketika rekan-rekan anggota Forum Penulis menyampaikan beberapa point, aku mengambil kesimpulan.. apa yang disampaikan oleh rekan-rekan adalah tujuan apa mereka hadir dalam temu pekanan hari itu.
            Benakku secara otomatis mengatakan, bahwa yang pertama adalah memenuhi kewajiban untuk hadir dalam temu pekanan.  Yang kedua, silaturahim dengan rekan-rekan Forum Penulis, meski sejauh ini masih lupa-lupa ingat nama mereka. Dan dengan hadir dalam temu pekanan tersebut aku bisa menyerap energi, semangat dari mereka yang lebih muda hehehe.. chayo! Terlebih dengan menghadiri pertemuan itu aku mendapatkan ilmu dunia kepenulisan, terutama untuk tema hari ini tentang menulis cerpen dari Kang Koko Nata.
            Meski nggak full konsen dalam mengikuti tema dikarenakan malaikat kecilku yang merengek..
“ ‘Ummi.. mau minum air putih, “ duh.. karena berangkat terburu-buru bekal untuknya jadi nggak kebawa.
“Minumnya nanti yaa, Mamang jualannya jauh di tempat yang tadi ada angkotnya...”
“Mau minum...!!” kasihan anak ‘Ummi, maaf ya.. sayang atas kelalaian ‘Ummi.  Dan syukurnya ada tukang bakso di ujung sana yang mengalihkan perhatian si kecil. Karena hari ahad, jadi tempat ini memang boleh dikunjungi kalangan umum. Mereka ‘rekreasi’ disekitar danau kampus. Dan kulihat juga ada beberapa kelompok seperti kami, yang duduk ‘merumput’ dengan bahasan masing-masing, see...?? Benar-benar mengingatkanku ke masa lajang dulu yang sering melakukan aktivitas semacam ini.  Ada juga yang tengah melakukan sesi pemotretan, memang backgroundnya lumayan mendukung.
Ketika si kecil sudah kembali bermain sambil menikmati baksonya, akupun ‘bergabung’ lagi menyimak Kang Koko. Dari apa yang beliau sampaikan, satu hal yang sama kurasakan selama aku melakukan aktivitas menulis,
“Menulislah secara langsung tanpa harus berlama-lama konsentrasi mencari ide dan jangan menjadi editor pada saat kita sedang menulis.”
“Disitulah pentingnya kita perlu untuk membuat kerangka tulisan” lanjut Kang Koko Nata.
Permasalahan kerangka tulisan sepertinya mendominasi menjadi bahan pertanyaan.
“Masih mengenai kerangka karangan, Kang. Apakah merupakan suatu keharusan membuat kerangka?.. ” Seorang rekan mahasiswi bertanya setelah sebelumnya Kang Febri juga menanyakan tentang  kerangka tulisan.
Hal yang sama ingin kutanyakan, karena selama ini aku biasa menulis cerpen berdasarkan peristiwa-peristiwa yang kulihat dan kualami, bahkan satu kalimat dari yang kudengar terkadang bisa menjadi satu ide untuk membuat tulisan dimana kemudian aku menuliskannya dengan mengalir begitu saja. Karena pada dasarnya inti dari cerita sudah ada, aku tinggal meramunya menjadi cerita fiksi, dengan mengembangkan imajinasi.
“Sebetulnya bukan suatu keharusan menuliskan kerangka, karena secara tidak langsung kita sudah memiliki angan-angan untuk tulisan kita. Misal, saya akan menulis tentang ini, lalu nanti akan begini-begini... hal itu sudah menjadi sebuah kerangka, namun lebih baik jika kita menuliskannya supaya tulisan tidak melebar kemana-mana. Apalagi untuk orang yang suka tiba-tiba mendapat ide baru ketika sedang menulis dari satu ide cerita.”
“Membuat kerangka tulisan juga bisa mempermudah kita sewaktu ingin berimprovisasi terhadap apa yang akan kita tulis.. “ lanjut Kang Koko dengan suara khas beliau yang seperti suara Kang Anang Hermansyah hehehe...
“Bagaimana dengan deadline, Kang?” sebuah suara dari kubu mahasiswa.
“Jadikan deadline sebagai sebuah disiplin. Lebih baik kita membuat tulisan diawal tenggat, karena kita punya kesempatan untuk merevisi tulisan kita dan benar-benar siap untuk dikirim. Deadline itu sekedar memberi batasan waktu untuk tulisan kita, jangan menulis dengan perasaan dikejar deadline, kadang bisa mempengaruhi kualitas tulisan.” Penjelasan Kang Koko membuat sebagian kami manggut-manggut mengiyakan.
Hehehe.. jadi ingat diri sendiri, semenjak ‘nyemplung’ di satu komunitas penulisan yang notabene anggotanya  ibu-ibu rumah tangga dengan seabreg aktivitas harian, apalagi anak belum bisa ‘disambi’. Terkadang menulis ala SKD alias sistem kejar deadline.
“Dan untuk tulisan-tulisan monumental atau untuk moment-moment tertentu, biasanya tiga atau dua bulan sebelumnya kita harus sudah mengirim. Terkecuali kalau kita sudah menjadi penulis yang piawai misalnya, mungkin penerbit yang akan minta kita untuk mengisi tulisan di bulan itu juga.” Kembali suara Kang Koko tertangkap olehku.
“Yaa.. pada intinya semua pertanyaan yang kalian sampaikan akan terjawab dengan sendirinya seiring perjalanan kalian dalam menulis dan aktif mengikuti kegiatan-kegiatan seperti ini. Untuk menjadi penulis yang baik salah satu upaya kalian adalah dengan menjadi pembaca yang baik, hal itu akan memperkaya bahan tulisan kita. Dan kita juga bisa mengetahui gaya tulisan serta bahasa dari berbagai penulis.” Penjelasan Kang Koko dibagian itu begitu menarik, terlebih beliau menyampaikan enaknya menjadi resensor.
Hmm... enak dong ya??  Kang Koko bilang dengan menjadi resensor setiap harinya beliau dikirim satu buku untuk dibaca guna meresensi buku tersebut untuk kemudian mempromosikannya ke berbagai media, entah itu facebook, twitter, koran atau majalah. Pengeen... dikirim buku tiap hari?!? Secara hobiku membaca kurang terpenuhi setelah menikah, kalau semasa lajang aku bisa beli buku atau majalah sesuka hati, not same in this time. Paling banter baca koran,  coz get free setiap hari hahaha... Dan paling seneng baca cerpen atau puisi di edisi minggu...
Taraa..!! Ini adalah bagian paling, paling super ngiler dari temu pekanan hari itu,
“Ini saya ada beberapa buku yang akan saya titipkan pada pengurus. Saya minta kalian untuk membuat narasi dari kegiatan hari ini. Dari pagi tadi sampai kalian kembali ke kost an. Bagi yang tidak hadir hari ini, ya.. ceritakan kenapa tidak hadir lalu apa saja yang dilakukan direntang waktu kita mengadakan temu pekanan hari ini. Untuk tiga tulisan terbaik, bukunya saya titip ke pengurus. Kalau tulisannya banyak yang bagus, insyaallaah nanti saya kirimi buku lagi, hehehe..” So nice... closing yang menyulut semangat dari Kang Koko Nata. Tiga buku bersampul warna hitam dalam genggaman Kang Koko, sebuah buku kumpulan cerpen berjudul ‘... Celurit Api’, entah aku lupa kata pertamanya, sepertinya aku pernah membaca cerpennya di koran ‘get free’ku hehehe...
Dan akhirnya seperti biasa acara foto-foto bareng pemateri menjadi agenda pamungkas tiap temu pekan anggota Forum Penulis. Tak ketinggalan malaikat kecilku yang selalu pose setiap melihat ada ‘Om-om’ atau teteh-teteh yang pegang kamera selama acara berlangsung,
“Dik Riyadh, mau difoto nggak sama Om?” Rayuku padanya karena rewel ngajakin lihat air mancur di danau yang kebetulan sedang mati, mungkin juga karena sudah ngantuk dijam tidur siangnya.
“Mau, mau..! Mana Omnya?” dan diapun langsung menyusup ke barisan depan and pose action, tak hirau dimana ‘Umminya yang penting dia difoto hahaha...
Temu pekan Forum Penulis memang selalu menyenangkan, sudah dapat ilmu tambah teman, ketemu penulis-penulis ‘keren’, dan hitung-hitung ngajak jalan-jalan anak semata wayangku, refreshing...
 Di rumah agenda sudah menanti, ba’da dhuhur ketemu teman-teman untuk menimba ilmu ruhani ngecharge iman. Sementara mataku sudah mengajak untuk terkatup, sedari jam dua pagi kuajak begadang merampungkan tulisan, ngejar DL. Hahaha... gayanya bagai penulis sukses saja, eh! Nggak lah ya... penulis sukses nggak mungkin nulis mepet-mepet deadline.
 Jalan yang macet membuatku tak sabar untuk cepat sampai di rumah dan memberikan hak pada mataku untuk istirahat walau sejenak. Di dalam angkot kutangkapi kata-kata yang berseliweran di atas kepala untuk kurangkai menjadi satu judul tulisan. Judul apa yang kiranya pas untuk kebersamaan kami bersama Kang Koko Nata, yang kusimak selama dua jam tadi...

Selesai


Sadang, pertengahan Februari..