Silahkan, sugeng rawuh.....monggo lesehan sembari meresapi rangkaian aksara jemariku. Semoga memberikan sesuatu yang bermanfaat ^_^ \/

Rabu, 05 Maret 2014

PSP : Piagam Sertifikat Piala

PSP, seberapa berartinya bagimu?

Ehmm... secara materi nggak berarti sama sekali, wong nggak nduiti heheu. PSP buatku adalah jejak, petilasan, sesuatu untuk mengingatkan.

Lebih sip lagi klo ilmu yang didapet dari kegiatan yang kita ikuti dan menggondol PSP itu masih nyanthol dan diaplikasikan dalam keseharian.




Dan menyoal PSP ini, aku sempat dibuat kuciwa, asbab ada yang nyeletuk, "heleeeh, apa pentingnya piagam kayak gitu?" ketika aku berniat membawa dan menyimpan selembar piagam dari sebuah perguruan beladiri. Piagam itu masih tersimpan dengan bingkai kaca yang sudah kusam oleh asap dapur, di tempat kontrakan orangtua di Jakarta, ingin kubawa ke rumah kami di Bandung.

Dalam piagam itu ditulis pernyataan 'ter' setelah namaku. Nha, makna 'ter' itu sendirilah yang melahirkan... sebuah kebanggaan mungkin, atau setidaknya pemantik ketika kita dalam kondisi yang notabene jauh dari 'ter' yang dalam hal ini bermakna positif.

Berhubung akhir akhir kemarin aku suka mengikuti beberapa event nulis di mana sebagian ada yang memberikan piagam atau sertifikat, baik untuk pemenang, finalis, bahkan sekadar yang ikut urun berpartisipasi dalam hajat mereka.

Alhamdulillaah, meski dalam ujud e-sertificate karena dikirim via email. Aku kebagian juga 'something doesn't mean' untuk sebagian orang itu.

Sebagaimana yang tertera, semoga menjadi sebuah langkah kecil...

Aku akan menyimpannya, untuk memulakan sebuah langkah.

Klo kamu, seberapa berarti PSPmu? ^_^

Jumat, 28 Februari 2014

Ini 'karyaku'

Menulis tuu... hobi.
Mulanya karena membaca, jadi pengen bisa nulis seperti yang dibaca. Nama n foto pun mejeng di media :D

Nulis pun selingan hobi lainnya, ketika bosen corat coret gambar, lagi suntuk utak utik craft yang ga jelas juntrungan.

Dari jaman es de, cukup nulis di sela halaman buku sekolah atau kertas folio. Bener bener menarikan pena ( pulpen, pensil ) karena ga/belum punya mesin ketik ataupun komputer. Laptop apalagi heheu...

Media majalah juga hanya sebatas khayal bisa mejengin foto dan cerpen/puisi, karena itu tadi, sarana yang masih terbatasi. Jadi yaa, nulis... nulis aja. Dari dongeng negri di awan, untuk pengantar tidur buat diri sendiri ( jaman es de ), nulis cerpen ato puisi ( udah es em pe es em a, itu maaah ) untuk konsumsi sahabat n teman dekat. Nulisnya masih setia pakai kertas di buku besar, itu lhoo buku yang ukuran folio sampulnya corak batik kkkk

Hobi yang sekadar passion ( gitu kata orang orang ) karena tidak ada target untuk dapet duit, masih berlangsung sampai lulus es em a. Hijrah ke kota besar, fasilitas pun tersedia di mana-mana, pun seiring perkembangan jaman. Iseng ngirim sebuah puisi ke alamat redaksi tabloid remaja, dengan jurus TKL (istilah yang kini sering kami koarkan Tulis, Kirim, Lupakan) waah, benarrr. Suatu hari pun terdengar kabar, cieee... yang foto sama puisinya nangkring di GAUL.

Tadinya nggak ngeh, wong lagi jemur cucian. Pas disodorin tabloidnya, baru jingkrak jingkrak :p Itu sekalinya ngirim dan dimuat. Selanjutnya teteup hobi dan bukan profesi.

Vakum nulis setelah menikah, lanjut lagi  menekuni hobi satu ini ketika mengenal ef bi, medsos yang diciptakan sama Mr. Zuck itu. Dari sana nyemplung atopun dicemplungin ke grup grup penulisan. Dan... melahirkan beberapa buku antologi dari event event yang diadakan ;)

And this it...

beberapa dari 'karyaku' meski masih antologi
Pict. doc pribadi
By Andar_Roemah Tjahaya



Suka, karyanya terangkum dalam sebentuk buku? Iyalaaah, meski kebanyakan penerbit indie. Setidaknya buku buku itu adalah jejak meski masih terserak.
  
Agak kecewanya... mungkin yang membeli buku buku itu hanya para kontributor. Nyeseknya, klo ada yang beli melalui kita tapi ga pernah transfer duitnya, padahal buku sudah dikirim dan diterima :D

Kok bisa? Heheu karena aku ngirim bukunya dulu untuk kalkulasi harga buku plus ongkir, baru nunggu konfirm transferan. But, its a lesson about a honesty.

Hobi nulisku juga tak hanya 'nyampah' di beranda ef bi, tapi juga 'ngemeng' di blog, macam ini. Yah, bermanfaat ga bermanfaat buat yang baca... mohon maaf saja :D

Sabtu, 11 Januari 2014

Untuk Zumi

Tak lagi tatap beningmu ; merajuk
Tiada kini elusan kepalamu ; merayu
Gemas jemari, gigi ; tak dirasai lagi
Kau pergi

Merindu polah lincahmu
Aku ; kehilanganmu

Selasa, 02 Juli 2013

Kawan Perjalanan

Oleh tak satu kendaraan tumpangan kudapatkan, kususuri pinggiran jalan menuju tujuan.
Selangkah, dua langkah dan pijak pijak berikutnya ditemani sunyi hati dan kecamuknya pikiran.
Limabelas menit kemudian, kuperlambat langkah. Pandangku tertuju padanya lelaki entah separuh baya. Coklat legam kulitnya mungkin menjadikannya terlihat lebih tua dari usia. Celana putih kusam selutut berpadu kaus serupa membungkus badannya. Membungkuk mengorek hamparan kerikil tepian aspal. Tak lama jemari kanannya menuju saku depan celana, memasukkan puntung rokok basah yang mungkin menyisakan filter saja.

Jumat, 10 Mei 2013

Edisi Curcol

          Yah, namanya juga lagi belajar nulis. Ada even ciamik, temanya selaras ma hobi. Kejaaaar!!!
Dan nulis sambil search materi tuh, something pisaaaan. Selesai satu paragraph baca materi dari sana sini satu jam, mo nuangin ke tulisan eh, lupa sebagian, hehehe
        Malah yang baca selintasan siang tadi eh kemarin, masih keingetan, tapi bingung mau dimasukin paragraph mana. [dapet nebeng internet gratis di Samsung Service Centre -ngapain coba di sana? keren aja nongkrong di SSC hihi- lha disediain dua monitor buat layanan internet gratis, tapi customer kagak ada satupun yang manfaatin. Akhirnya gue asyik ketak ketik sendirian, bodo amat diliatin sama orang. Dasar...]
       Dari setengah dua dini hari sampai hampir subuh gini baru satu halaman dari lima sampai sepuluh halaman yang disyaratkan, itupun setengah halaman boleh dapet yang kemarenannya. Alamaaak jang, hiks gini nih amatiran.
        Far away bawa enjoy aje, bisa sutris sendiri kalo diperes. Tapi kan harus belajar profesional, jiahhh lagunya, belajar nulis juga baru kemarin sore.

Adalah Pilihan

Sudra berjiwa Ksatria
Takzimku padanya
Berbanding balik ; Ksatria jumawa berlaku nista
Tak hendak mataku berpaling padanya

Dirimu adalah kamu
Bukan Romo atau leluhurmu
Kini adalah masa bagimu
Bukan lagi megah tahta yang dulu

Menuju perjalanan ; pilihan untukku
Mendekap keprabon ; itu maumu
Kehilangan satu kudekap seribu
Kau genggam satu seiring waktu akan berlalu

Hingga pilihan memisahkan
Tak berharap memutuskan
Kau dan aku
Masih dan akan sedarah selalu


Roemah Tjahaya, 29 Jumadil Tsani 1434H/10 Mei 2013M

Kamis, 18 April 2013

Rokok dan Batagor

        Rokok aja dulu...
     Sewaktu kecil, suka mencari-cari sumbernya ketika tercium wangi kemenyan. Nha, ternyata embah-embah kakung sedang udut alias merokok, tingwe atau nglinthing dewe. Kok bisa rokok menguar aroma kemenyan? Ya waktu itu aku ndak tau, sekarangpun lupa racikan tingwe, yang keinget tinggal kertas yang berasa manis ketika diemut :)