Oleh tak satu kendaraan tumpangan kudapatkan, kususuri pinggiran jalan menuju tujuan.
Selangkah, dua langkah dan pijak pijak berikutnya ditemani sunyi hati dan kecamuknya pikiran.
Limabelas menit kemudian, kuperlambat langkah. Pandangku tertuju padanya lelaki entah separuh baya. Coklat legam kulitnya mungkin menjadikannya terlihat lebih tua dari usia. Celana putih kusam selutut berpadu kaus serupa membungkus badannya. Membungkuk mengorek hamparan kerikil tepian aspal. Tak lama jemari kanannya menuju saku depan celana, memasukkan puntung rokok basah yang mungkin menyisakan filter saja.
Harusnya aku segera menyingkir atau mendahului langkahnya, laiknya mereka yang bersegera. Hm, orang gila. Begitu mungkin dalam benak mereka. Aku membuntutinya, meski harus menahan laju kecepatan langkahku. Kuturut henti saat ia kembali membungkuk, kali ini plastik pembungkus permen menarik perhatiannya, dicongkel dengan telunjuk, kosong. Iapun tingalkannya, melanjutkan langkah langkah kaki yang agak miring ke kiri. Dalam diam, hanya berjalan.
Di depan sana tergeletak risol di atas tanah tepian jalan aspal. Hey!! Secepat itu telah berpindah ke mulutmu, Kawan. Kutelan ludah, airmata tumpah. Semoga tuhan selalu menjadikan sehat sebagai karibmu. Ya, mungkin tuhan telah mencabut segala jenis kuman atau bakteri dari kehidupanmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar