Oleh
: Andary Witjaksono
Kita
hidup di masa sekarang, namun masa terlewat tak hanya untuk dikenang. Atau
harus dilupakan karena peristiwa pahit yang pernah menjelang. Banyak hikmah
yang dapat dijadikan pelajaran untuk hidup yang akan datang.
Berapa
banyak orang yang sudah hadir dalam sepanjang nafas kita berhembus. Entah
mereka yang hadir dengan kasih, atau sekedar lewat menggoreskan luka. Ada yang
setia mendampingi, mensupport pada saat kita letih. Tak luput pula yang
berkhianat, berlalu ketika kita tertatih.
Dia,
mereka akan selamanya ada dalam kehidupan kita. Meski kadang ingin kita melupa,
tak menyadari bahwa semakin kita ingin melupakan semakin kita terkenang.
Semakin kita hindari, semakin ia mendekati. Sebab ia ada dalam hati. Mungkin
yang perlu disikapi, jangan sampai ia menjadi boomerang.
Mengingat
yang baik saja, bisa jadi merupakan cara indah mengulas masa lalu. Namun
terkadang justru itu lebih menyakitkan. Mengenang kebaikan seseorang, dimana
menjadikan kita berbunga rindu untuk kembali bertemu, sungguh bagai terikat
belenggu. Apalagi dimana keberadaan mereka sama sekali kita tak tahu.
Meski
sekedar ingin menyampaikan terimakasih atas jasa kebaikannya, atau mengucap
kata maaf yang tak sempat. Rasa itu akan menggumpal, merangsek dan menyesak ke
rongga dada.
Dan
mengenang mereka (orang-orang yang baik itu) akhir-akhir ini benar-benar
membuat sebagian langit hatiku menggumpal awan, berembun dan meluruhkan hujan.
Akhirnya hanya sebaris pengharapan bermuara kepada yang maha mengatur segalanya.
Sebuah asa untuk disempatkan aku bertemu dengan mereka, lagi.
“Setiap
jiwa yang hadir dalam kehidupan tak ada yang terlupakan, terlebih bagi mereka
yang meninggalkan jejak kearifan...” –Andary Witjaksono-
Kupersembahkan
untuk orang-orang yang telah hadir disepanjang sejarah kehidupanku. Meski
kerinduan ini menyakitkan namun kurasa indah membunga senyuman.
Rinduku merinai hujan
Gerimis dan membadai
Mengalir menganak sungai
Bermuara ke lautan meluap tepian
pantai
Setetes menyelip terperangkap jala
Menguntit buritan perahu nelayan
Tersesap surya menjelma mega
Dihembus bayu dan kembali merinai
hujan
Rinduku tak kikis dan surut, selalu
padamu
Meski rasa sembilu
Sadang, Rumah Cahaya 9rojab1433H
kunjungan perdana mb..
BalasHapussalam kenal yaa :)
salam kenal juga, Mbak. Maaf lama nggak coret-coret blog, baru bales nih
Hapus